Arena Wati : Seniman ulat buku
Baru usai mengkhatami artikel Sasterawan Negara Arena Wati di Utusan Malaysia [tak pasti tarikhnya] berjudul - apakah bahan yang anda baca?
Olahan dan garapannya berdasarkan teori empiric, gabung-banding di antara beberapa fakta kajiannya begitu menarik dan mempesonakan. Inilah kehebatan Arena Wati, seorang seniman ulat buku yang memang dikenali suka memencilkan diri dari terseret sama dalam apa jua kehebohan. Beliau juga pasti tidak akan lupa menggalakkan dan membuka minda masyarakat Melayu tentang manfaat dari sikap rajin membaca lewat karyanya.
Seingat aku, seawal diperkenalkan dengan karya Arena Wati ini ialah pada tahun 1998 ketika itu masih di tingkatan lima. Guru Bahasa Melayu sekolah yang memperkenalkan karya beliau sebagai hadiah memenangi anugerah pembahas terbaik sekolah waktu itu. Aku akui, membaca karya-karyanya amat memerlukan ketelitian dan kepekaan malah adakalanya menuntut pengkajian dan rujukan. Sasterawan Negara Arena Wati merupakan seorang seniman yang sentiasa ingin membina mentaliti dan membangun sikap rajin membaca dan mengkaji khalayak pembacanya.
Arena Wati dilahirkan pada 30 Julai 1925 di Makasar, Indonesia. Ya, pada 30 Julai lalu genaplah umurnya 79 tahun. Sejak lebih enam dekad, beliau masih aktif berkarya meski dicumbu renta dan keuzuran. Malah, kesungguhan dan ketekunan Arena Wati berkarya ini terbukti dengan kejayaannya menghasilkan Trilogi Armageddon, terbitan Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia. Menurutnya, trilogi terbarunya itu mengambil masa tiga dekad untuk menjadi kenyataan dan merupakan hasil kajian dan penelitiannya terhadap fakta yang kemudiannya difiksikan [Arena Wati memang terkenal dengan karya-karya trilogi seperti Trilogi Busa dan Trilogi Bunga Dari Kuburan].
Sasterawan Negara Arena Wati pernah bersekolah di sebuah sekolah Belanda. Apabila perang dunia meletus, Arena Wati memulakan kariernya sebagai pelaut. Beliau memang memiliki kepakaran menulis hal laut. Kerincian tentang latar laut di dalam karya-karya beliau begitu mengagumkan. Arena Wati terjun dalam dunia kewartawanan sekitar tahun 1954 dan pernah menjadi editor di Pustaka Antara dan akhirnya menerima anugerah Sasterawan Negara pada 1988.
Karya Arena Wati mungkin tidak sehalus A. Samad Said dan tidak setajam Shahnon Ahmad, tetapi tampil dengan langgamnya yang tersendiri. Wacananya akademik, imiginatif, mencabar minda dan paling penting, kritikannya tetap pedas dan berbisa. Aku tinggalkan kalian dengan kata-kata Arena Wati yang lebih berbau harapan dan permintaannya yang tulus kepada kita bangsa Melayu.
"Orang Jepun tidak tahu al-Quran yang ayat pertamanya diturunkan menyuruh orang membaca. Tanpa tahu al-Quran, tetapi setiap hari orang Jepun membaca karya fiksi bermutu; dalam perjalanan dan di rumah. Kerana mereka arif, sastera bermutu, mengasah budi pekerti.
"Orang Melayu di Malaysia itu Islam, dan tahu maksud ayat pertama diturunkan dalam al-Quran itu. Tapi umumnya orang Melayu sekarang malas membaca. Mereka abai mencanai budi dengan gurindam karya sastera bermutu."
Search
Amiza Khusyri bin Yusof
Pendidik, Penulis dan Perunding Motivasi
Institut Tahfiz Al-Quran Negeri Sembilan (ITQAN)
AJK, Persatuan Penulis Negeri Sembilan (PEN)
Perunding Motivasi, Zikra Inspire Learning & Consulting (ZILC)
Institut Tahfiz Al-Quran Negeri Sembilan (ITQAN)
AJK, Persatuan Penulis Negeri Sembilan (PEN)
Perunding Motivasi, Zikra Inspire Learning & Consulting (ZILC)
Calon Sarjana Usuluddin (Dakwah & Pembangunan Insan), Universiti Malaya, Kuala Lumpur
*Sebarang pengambilan mana-mana esei di dalam blog ini hendaklah mendapat keizinan penulis atau diberi kredit atas nama penulis (Amiza Khusyri Yusof) atau blog penulis (Amiza Khusyri : Menulis itu Memberi)
*Sebarang pengambilan mana-mana esei di dalam blog ini hendaklah mendapat keizinan penulis atau diberi kredit atas nama penulis (Amiza Khusyri Yusof) atau blog penulis (Amiza Khusyri : Menulis itu Memberi)
Facebook Badge
Kumpulan Cerpen
Antologi Cerpen
Catatan Popular
-
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak diperguna...
-
Kredit foto: Relaksminda Dahulu, bagi kami, orang-orang yang bekerja menjaga api dan air itulah merupakan hero kami. Jika air tiada be...
-
Dunia yang seperti pelangi, sementara mengindahkan, dan akan pergi. Aku mendoakan kalian dengan kebaikan dan keelokan dalam segala tingkah d...
-
"Kita bermasalah!" "Betul, kita bermasalah." "Ya, memang kita ada masalah." Berapa ramai dalam kalangan manusi...
-
Apa sahaja yang kita lakukan setiap hari, rupa-rupanya terangkum dalam satu ungkapan wasiat Nabi s.a.w bernama - istiqamah. Istiqamah itu ad...
Followers
Networked Blogs
Blog List
-
Andai Anak Anda Sendiri Melakukan Protes di Kampus USA dan UK5 bulan yang lalu
-
Nigerian workers strike over cost of living crisisSetahun yang lalu
-
SWAB PCR COVID-194 tahun yang lalu
-
-
-
Blog Archive
-
▼
2004
(47)
-
▼
September
(12)
- Naratif di penghujung wisata Naratif I Panglima ...
- Dari Lyra ke Dinar Tragedi ini berlaku semasa aku...
- Sayonara kota Damsyik Semalam kami bersolat di Ma...
- Dari Amman ke Damsyik Sebelum mengendalikan semin...
- Di Mu'tah, Jordan Aku kini di Mu'tah, Jordan bers...
- Bukan sekadar wisata Aku akan ke Jordan dan Syria...
- Interviu Eksklusif bersama Tok Rimau [Versi 1 : M...
- Oh, Ramses aku berkacak di persegi Gizamu, menghit...
- Amiza agak sibuk dua tiga hari ni. Malam ni pun ba...
- Bila kau sudah besar nanti Amira Sariyati papa mah...
- DSAI dan ketelusan suara rakyat Sebelum peristiwa...
- Arena Wati : Seniman ulat buku Baru usai mengkhat...
-
▼
September
(12)
Catat Ulasan